Begitulah yang sering kita baca
di berbagai media, baik artikel[1],
twitter, status Facebook, dan yang lainnya. Indah terdengar, dan bahkan sangat romantis
dituliskan bagi para pendamba cinta (semu). Tapi tahukah kawan, bahwa kalimat
tersebut berasal dari Bible, kitab suci agama Nashrani ?.
Ia membuat segala
sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal
sampai akhir.
Versi bahasa Inggrisnya :
He has made
everything beautiful in its time. He also has planted eternity in men's hearts
and minds [a divinely implanted sense of a purpose working through the ages
which nothing under the sun but God alone can satisfy], yet so that men cannot
find out what God has done from the beginning to the end.
[Pengkhotbah, 3:11/Ecclesiastes,
3:11 – sumber : http://www.jesoes.com/index.php?hal=lihatPasal&injil=21&pasal=3#1].
Bahkan kalimat ‘indah pada
waktunya’ sudah menjadi syi’ar resmi agama Nashrani yang dinyanyikan dalam
berbagai versi lagu rohani mereka.[2]
Allah ta’ala telah
berfirman :
أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ
الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ
عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
[QS. Al-Hadiid : 16].
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata ketika
mengomentari ayat di atas :
فقوله: ولا
يكونوا مثلهم، نهي مطلق عن مشابهتهم، هو خاص - أيضاً في النهي عن مشابهتهم، في
قسوة قلوبهم، وقسوة القلوب من ثمرات المعاصي
“Firman-Nya
: ‘janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya’
; merupakan larangan yang bersifat mutlak dalam hal penyerupaan terhadap mereka
(orang kafir). Larangan ini juga khusus menyerupai mereka dalam hal kerasnya
hati, sedangkan kerasnya hati termasuk di antara buah kemaksiatan” [Iqtidlaa’ Shiraathil-Mustaqiim, 1/290].
Ibnu
Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :
ولهذا نهى الله
المؤمنين أن يتشبهوا بهم في شيء من الأمور الأصلية والفرعية
“Oleh
karena itu, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai
mereka (orang kafir) dalam hal apapun, baik dalam perkara pokok (ushuliyyah) maupun cabang (furu’iyyah)” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/20, tahqiq : Saamiy bin Muhammad Salaamah;
Daarith-Thayyibah, Cet. 2/1420].
Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”
[Dikeluarkan oleh Ahmad dan yang lainnya, serta dishahihkan oleh Al-Albani
dalam Al-Irwaa’ no. 1269 – takhriij
selengkapnya silakan baca di sini].
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ،
وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ.
قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودُ والنَّصَارَى ؟. قَالَ : فَمَنْ ؟
“Sungguh kalian akan
mengikuti sunnah-sunnah yang ada pada pada umat sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta. Hingga seandainya mereka masuk ke lubang
biawak, niscaya kalian akan mengikutinya pula”.
Kami (para shahabat) bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah mereka orang-orang
Yahudi dan Nashrani ?”. Beliau menjawab : “Siapa
lagi ?” [Muttafaqun ‘alaih].
Setelah
mengetahui hal ini,
akankah kita akan mengikuti mereka dan melariskan syi’ar-syi’ar agama mereka ?.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perum ciomas
permai, 21012013 – 01:51].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar