Hadits Ghadir Khum yang Shahih Menurut Ahlissunnah:
حديث الغدير :
والحديث
أصله في صحيح مسلم من حديث زيد بن أرقم – رضي الله عنه – أنه قال :” قام
رسول الله صلى الله عليه واله وسلم يوما فينا خطيبا بماء يدعى خما بين مكة
والمدينة فحمد الله وأثنى عليه و وعظ وذكر ثم قال : أيها الناس فإنما أنا
بشر يوشك أن يأتي رسول ربى فأجيب وأنا تارك فيكم ثقلين : أولهما كتاب الله
فيه الهدى والنور فخذوا بكتاب الله واستمسكوا به )فحث على كتاب الله ورغب
فيه ثم قال(وأهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي
أذكركم الله في أهل بيتي ” .
وجاء
في بعض طرق الحديث أن النبي – صلى الله عليه وسلم أمر بالصلاة فأخذ بيد
علي – رضي الله عنه – فقال :” ألست أولى بالمؤمنين من أنفسهم ؟ قالوا : بلى
. قال ألست أولى بكل مؤمن من نفسه قالوا : بلى قال : فهذا ولي من أنا
مولاه ، اللهم وال من والاه ، اللهم عاد من عاداه ” .
وفي رواية ” من كنت مولاه فعلي مولاه “
masalah berdalil dengan hadits Ghadir khum maka ada banyak bantahannya
masalah berdalil dengan hadits Ghadir khum maka ada banyak bantahannya
a. tidak ada dalam hadits ghadir isyarat sekecil apapun
bahwa Nabi mengangkat Ali atau lainnya dari ahlil bait sebagai Khalifah
atau imam. Sebab wurud hadits adalah karena ada beberapa orang yang
berbicara menggunjing sahabat Ali radhiyallahu a’nhu karena telah
melarang mereka untuk menggunakan onta zakat dan meminta mereka
mengembalikan perhiasan-perhiasan yang dilepaskan untuk mereka oleh
wakilnya. Maka ketika nabi saw pulang dari haji di tempat yang namanya
Ghadir Khum beliau berkhutbah membersihkan nama Ali dan meninggikan
kedudukannya di sisinya agar hilang apa yang ada di hati banyak orang.
b. tidak ada seorang sahabat pun yang memahami dari hadits
ini bahwa Ali ditunjuk menjadi khalifah, tidak secara tersurat maupun
tersirat. Oleh karena itu saat mereka berkumpul di SAQIFAH BANI SAIDAH
(waktu membaiat Khalifah Abu Bakar assiddiq ra) tidak ada seporang pun
yang berhujjah dengan hadits ini, karena memang para sahabat ra
memahami bahwa al-maula yang ada hadits ini adalah untuk kecintaan dan
kesetiaan. Bukan untuk imamah dan imarah. Bahkan Ali ra sendiri
mengingkari orang yang memanggilnya dengan ya mawlana. Seandainya
beliau memahami bahwa kata mawlana sinonim dari ya amirana ya imamana
tentu beliau tidak mengingkari mereka.
c. antara peristiwa Ghadir dan wafat Nabi saw kira-kira hanya
70 hari, ini dengan ijma’nya orang syiah sebab mereka mengatakan bahwa
peristiwa itu tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10. berdasarkan kesepakatan
bahwa wafatnya Rasul tanggal 28 shafar tahun 11, jadi jaraknya hanya 70
hari. Apakah masuk akal jika seluruh sahabat dalam waktu yang singkat
ini melupakan hadits ini?!!. Bagaimana mungkin 100 ribu sahabat itu-
seperti yang diyakini syiah- setelah 70 hari saja melupakan baiat yang
telah mereka lakukan bersama nabi mereka?!! Sungguh tidak ada duanya
kejadian seperti ini dalam sejarah manusia!!!
Maka jika faktor untuk mengutip hadits itu ada dan penghalang dari
itu tidak ada, tetapi tetap hadits itu tidak muncul maka ini
menunjukkan kalau nash itu benar-benar tidak ada!!!
d. kata mawla menurut ibnul atsir bisa berarti:
الرب والمالك والمنعم والناصر والمحب والحليف والعبد والمعتق وابن العم والصهر
“Tuhan, Yang Memiliki, Yang memberi nikmat, penolong, mencintai,
sekutu, hamba/budak, orang yang memerdekakan budak, saudara sepupu, dan
menantu.”
Kalau nabi saw ingin mengangkatnya menjadi khalifah tentu tidak
menggunakan istilah yang mengandung banyak makna, lebih utama kalau
nabi yang sangat fashih dan nashih itu mengatakan: “Khalifah adalah
Ali”.
e. yang dimaksud dengan “Man kuntu mawlahu fa aliyy
mawlahu” adalah kecintaan dan kesetiaan serta wasiat untuk berbuat baik
kepada ahlul bait, dan menjelaskan tingginya kedudukan ahlul bait.
Tidak ada dalam redaksi maupun mafhumnya bahwa Ali adalah imam atau
khalifah!
f. seandainya Nabi saw menginginkan awla tentu tidak akan
mengatakan mawla akan tetapi akan mengatakan awla. Kalau kita mengalah
bahwa maksud dari mawla adalah awla niscaya maksudnya adalah bukan
wilayah, hukum dan kepemimpinan mengatur urusan kaum muslimin, karena
Allah telah berfirman:
{ إن أولى الناس بإبراهيم للذين اتبعوه وهذا النبي والذين آمنوا والله ولي المؤمنين }
Maka apakah para pengikut Nabi Ibrahim menjadi pemimpin atas Nabi
Ibrahim? Atau apakah para pengikut Ibrahim menjadi pemimpin semua?
g. sebagian ulama syiah sendiri menolak jika hadits Ghadir
khum diartikan sebagai pernyataan atas imamah Ali setelah Rasulullah
saw. An-Nuri al-Thubrusi berkata:
:” لم يصرح النبي لعلي بالخلافة بعده بلا فصل في يوم الغدير وأشار
إليها بكلام مجمل مشترك بين معان يحتاج في تعيين ما هو
المقصود منها إلى
قرائن
h. adapun riwayat dengan lafazh “wa huwa waliyyukum min
ba’di” maka telah didhaifkan oleh para pakar hadits. Ia datang dari 2
jalur, dalam sanadnya ada ja’far ibn Sulaiman dan Ajlaj al-Kindiy yang
sangat lemah.
Adapun tambahan min ba’di maka kata al-Mubarakfuri adalah tambahan dari dua perawi syiah tadi. Kbeliau berkata:
:” والظاهر أن زيادة ( بعدي ) في هذا الحديث من وهم هذين الشيعيين
جعفر بن سليمان والأجلح ويؤيده أن الإمام أحمد روى في مسنده هذا الحديث من
عدة طرق ليست في واحدة منها هذه الزيادة
i. meskipun kita anggap benar misalnya maka hadits ini
bertentangan dengan keyakinan orangh syiah sebab mereka meyakini
keimamahan Ali semenjak Nabi masih hidup berdasarkan ayat
{ إنما وليكم الله ورسوله والذين آمنوا الذين يقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة وهم راكعون
Lalu bagaimana ada tambahan “min ba’di?!”
(AH) 9 R. Akhir 1431 H/ 25 Maret 2010
Sumber : http://old.gensyiah.com/hadits-ghadir-khum-yang-shahih-menurut-ahlissunnah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar