Permasalahan
tidak berhukum dengan syari’at yang diturunkan Allah ta’ala merupakan
permasalahan yang urgent untuk dibahas. Ada di antara kaum muslimin yang
berlebih-lebihan, ada pula yang meremehkannya. Melalui artikel kecil ini, saya
akan sedikit membahas kaedah yang terkait dengan permasalahan, terutama dalam memahami
kekeliruan pemahaman golongan yang berlebih-lebihan, sehingga mereka
mengkafirkan orang secara membabi buta.
Tiada izzah islam akan kembali tanpa tafsiyah dan tarbiyah serta kembali kepada pemahaman salaful ummah
Sabtu, 26 November 2011
Senin, 21 November 2011
Pembelaan Ibnu Hajar Terhadap Ibnu Taimiyah
Saya kira inilah tulisan ulama masyhur terbaik yang dapat mematahkan
fitnah dan Jarh dari orang-orang yang iri dengan ketenaran Ibnu
Taimiyah.
Tulisan Ini Merupakan sebuah Taqridz (Pengantar) terhadap sebuah Buku
yang disusun Oleh Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi, seorang Hafidz dan
Fuqaha dari karangan Syafiiyah.
Sabtu, 19 November 2011
Khawarij, Kelompok Sesat Pertama dalam Islam
Laa hukma illa lillah
(tiada hukum kecuali untuk Allah ‘azza wa jalla). Kata-kata ini haq
adanya, karena merupakan kandungan ayat yang mulia. Namun jika kemudian
ditafsirkan menyimpang dari pemahaman as-salafush shalih, kebatilanlah
yang kemudian muncul. Bertamengkan kata-kata inilah, Khawarij, kelompok
sempalan pertama dalam Islam, dengan mudahnya mengafirkan bahkan
menumpahkan darah kaum muslimin.
Siapakah Khawarij?
Jumat, 18 November 2011
Antara Abu Lahab Dengan Perayaan Maulid
Di antara dalil yang digunakan oleh orang-orang yang membolehkan perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah kisah salah seorang tokoh dalam kesyirikan yakni Abu Lahab. Berikut uraiannya:
As-Suyuthi berkata dalam Al-Hawy (1/196-197), “Lalu saya melihat Imamul Qurro`, Al-Hafizh Syamsuddin Ibnul Jauzi berkata dalam kitab beliau yang berjudul ‘Urfut Ta’rif bil Maulid Asy-Syarif’ dengan nash sebagai berikut, “Telah diperlihatkan Abu Lahab setelah meningalnya di dalam mimpi. Dikatakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?”, dia menjawab, “Di dalam Neraka, hanya saja diringankan bagiku (siksaan) setiap malam Senin dan dituangkan di antara dua jariku air sebesar ini -dia berisyarat dengan ujung jarinya- karena saya memerdekakan Tsuwaibah ketika dia memberitahu kabar gembira kepadaku tentang kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam dan karena dia telah menyusuinya.”
As-Suyuthi berkata dalam Al-Hawy (1/196-197), “Lalu saya melihat Imamul Qurro`, Al-Hafizh Syamsuddin Ibnul Jauzi berkata dalam kitab beliau yang berjudul ‘Urfut Ta’rif bil Maulid Asy-Syarif’ dengan nash sebagai berikut, “Telah diperlihatkan Abu Lahab setelah meningalnya di dalam mimpi. Dikatakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?”, dia menjawab, “Di dalam Neraka, hanya saja diringankan bagiku (siksaan) setiap malam Senin dan dituangkan di antara dua jariku air sebesar ini -dia berisyarat dengan ujung jarinya- karena saya memerdekakan Tsuwaibah ketika dia memberitahu kabar gembira kepadaku tentang kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam dan karena dia telah menyusuinya.”
BENARKAH MEREKA TIDAK BISA MEMBEDAKAN ANTARA SALAFI DAN TERORIS …!?
[SEBUAH JAWABAN SINGKAT UNTUK BPK. AGUS MAFTUH ABEGEBRIEL , PROF. SAID AGIL SIROJ (Ketua NU berpaham SYI’AH), SYAIKH IDAHRAM dan METRO TV]
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman,وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” [Al-An’am: 112]
Kamis, 10 November 2011
Isyarat Rasulullah Abu Bakr sebagai khalifah, bantahan syubuhat syi'ah ke 5
Penulis: Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Pada edisi kali ini, akan kami sajikan adanya isyarat dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang penunjukan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah sepeninggal beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini merupakan bukti dan penguat akan keabsahan beliau sebagai halifah sebagaimana telah kami sebutkan pada edisi 36. Isyarat ini sekaligus meruntuhkan syubhat dan kesesatan yang dilontarkan oleh Syi’ah Rafidlah yang meragukan keabsahan kekhalifahan beliau
Pada edisi kali ini, akan kami sajikan adanya isyarat dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang penunjukan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah sepeninggal beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini merupakan bukti dan penguat akan keabsahan beliau sebagai halifah sebagaimana telah kami sebutkan pada edisi 36. Isyarat ini sekaligus meruntuhkan syubhat dan kesesatan yang dilontarkan oleh Syi’ah Rafidlah yang meragukan keabsahan kekhalifahan beliau
Minggu, 06 November 2011
WASIAT RASULULLAH DENGAN AL QUR'AN, bantahan syi'ah ke 4
Penulis: Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Di antara alasan kaum Syi’ah menganggap Ali radhiallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah adanya riwayat-riwayat palsu yang menyebutkan tentang wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Ali radhiallahu ‘anhu di Ghadir Khum. Padahal ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau tidak memberikan wasiat berupa apapun dan kepada siapapun, kecuali dengan al-Qur’an. Diriwayatkan dalam dua kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Thalhah ibnu Musharif, bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa radhiallahu ‘anhu:
سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا هَلْ أَوْصَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لاَ قُلْتُ فَكَيْفَ كُتِبَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ الْوَصِيَّةُ أَوْ فَكَيْفَ أُمِرُوا بِالْوَصِيَّةِ قَالَ أَوْصَى بِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه البخاري ومسلم)
Di antara alasan kaum Syi’ah menganggap Ali radhiallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah adanya riwayat-riwayat palsu yang menyebutkan tentang wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Ali radhiallahu ‘anhu di Ghadir Khum. Padahal ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau tidak memberikan wasiat berupa apapun dan kepada siapapun, kecuali dengan al-Qur’an. Diriwayatkan dalam dua kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Thalhah ibnu Musharif, bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa radhiallahu ‘anhu:
سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا هَلْ أَوْصَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لاَ قُلْتُ فَكَيْفَ كُتِبَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ الْوَصِيَّةُ أَوْ فَكَيْفَ أُمِرُوا بِالْوَصِيَّةِ قَالَ أَوْصَى بِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه البخاري ومسلم)
Sabtu, 05 November 2011
KHILAFAH TIDAK HARUS ADA PADA AHLUL BAIT, bantahan syi'ah ke 3
Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Alasan kedua kaum Syi’ah Rafidlah menganggap bahwa Ali radliyallahu 'anhu lebih berhak menjadi khalifah dari pada Abu Bakar dan Umar radliyallahu 'anhuma adalah karena Ali radliyallahu 'anhu termasuk keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Alasan ini adalah sama seperti alasan Yahudi yang mengatakan bahwa penguasa harus dari keluarga Daud. Anggapan mereka ini adalah batil, karena tidak ada satu pun dalil yang menyatakan bahwa kepemimpinan atau khilafah harus dari kalangan ahlul bait. Demikian pula tidak disyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) itu harus dari kalangan ahlul bait.
Alasan kedua kaum Syi’ah Rafidlah menganggap bahwa Ali radliyallahu 'anhu lebih berhak menjadi khalifah dari pada Abu Bakar dan Umar radliyallahu 'anhuma adalah karena Ali radliyallahu 'anhu termasuk keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Alasan ini adalah sama seperti alasan Yahudi yang mengatakan bahwa penguasa harus dari keluarga Daud. Anggapan mereka ini adalah batil, karena tidak ada satu pun dalil yang menyatakan bahwa kepemimpinan atau khilafah harus dari kalangan ahlul bait. Demikian pula tidak disyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) itu harus dari kalangan ahlul bait.
Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Muawiah
Mari kita menelaah Fatwa Syaikhul Islam
terkait fitnah pembunuhan Husain ini! kita ketahui bahwasanya Yazid bin
Muawiyah Bin Abu Sufyan merupakan khalifah yang berkuasa ketika
Ubaidaullah bin ziyad membantai Husain dan keluarga.
Jumat, 04 November 2011
KEUTAMAAN ABU BAKAR DAN UMAR DI ATAS ALI RADHIALLAHU 'ANHUM, syubuhat syi'ah ke 2
Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Di antara alasan kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap Ali radhiyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.
2. Ali radhiyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Qum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu:
Di antara alasan kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap Ali radhiyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.
2. Ali radhiyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Qum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu:
Kamis, 03 November 2011
KEABSAHAN KHILAFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ, bantahan syubhat syi'ah ke 1
Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As-Sewed
Syubhat pertama kaum syiah adalah meragukan keabsahan khilafah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu . Mereka menganggap dibai’atnya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah adalah tidak sah, karena Ali radhiallahu ‘anhu dan keluarganya atau Ahlul Bait tidak diajak musyawarah, padahal Ali radhiallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah daripada abu Bakar atau Umar radhiallahu ‘anhuma . Demikianlah syubhat syi’ah yang mereka hembuskan dimana-mana, dengan kalimat yang sama dari tokoh syi’ah yang berbeda-beda, bagaikan satu kaset yang diputar berulang-ulang.
Syubhat pertama kaum syiah adalah meragukan keabsahan khilafah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu . Mereka menganggap dibai’atnya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah adalah tidak sah, karena Ali radhiallahu ‘anhu dan keluarganya atau Ahlul Bait tidak diajak musyawarah, padahal Ali radhiallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah daripada abu Bakar atau Umar radhiallahu ‘anhuma . Demikianlah syubhat syi’ah yang mereka hembuskan dimana-mana, dengan kalimat yang sama dari tokoh syi’ah yang berbeda-beda, bagaikan satu kaset yang diputar berulang-ulang.
Rabu, 19 Oktober 2011
Kenapa Salafy Tidak Mau Difoto / Divideo ?
Gambar makhluk bernyawa yang menyebar di masyarakat ternyata adalah sebuah problematika serius dan penting dalam kacamata islam, baik berupa goresan tangan ataupun jepretan alat.Sebagai catatan awal, yang dimaksud dengan gambar makhluk bernyawa di sini adalah gambar manusia (atau yang menyerupai bentuknya) ataupun gambar binatang(atau yang menyerupai bentuknya), tidak termasuk di dalamnya gambar tumbuh-tumbuhan sebagaimana persangkaan sebagian orang.
Sabtu, 08 Oktober 2011
Imam Syiah hukumnya wajib untuk menjadi Ma’shum
Berkaitan dengan ajaran imamah, prinsip utama madzhab syiah. salah satunya adalah prinsip ‘ishmah atau dengan bahasa yang lebih akrab, keyakinan syiah tentang kema’shuman para imam. Para imam syiah hukumnya wajib untuk menjadi ma’shum. Apa arti ma’shum?
Kamis, 06 Oktober 2011
Al Qur'an Di Mata Syi'ah (3)
Pada bagian pertama dan kedua telah dikupas mengenai kenyataan yang pahit, yaitu mengingkari adanya perubahan pada Al-Qur’an sama dengan mengingkari prinsip Imamah, yang berarti mengingkari legalitas madzhab Syi’ah itu sendiri. Karena sudah jelas bahwa mazhab Syi’ah dibangun atas prinsip Imamah yang bermakna, meyakini bahwa Ali dan 11 anak cucunya berhak menjadi khalifah serta mereka adalah Imam yang menjadi pewaris kenabian. Hal ini biasa juga disebut dengan Wilayah. Dalam kitab Al-Kafi terdapat sebuah riwayat dari Imam Ja’far As-Shadiq yang mengatakan: “Islam ditegakkan di atas lima rukun, yaitu shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah, tidak ada yang ditekankan seperti ditekankannya wilayah pada hari ghadir.” (Al-Kafi, jilid. 2, hal. 21, bab. Da’a’imul Islam).
Rabu, 05 Oktober 2011
Al-Qur'an Di Mata Syi’ah (2)
Ternyata ada ulama Syi’ah yang belum menelaah riwayat perubahan Al-Qur’an, mungkinkah demikian? atau hanya kura-kura dalam perahu..."
Dari makalah bagian pertama, akhirnya kita ketahui bahwa perubahan Al-Qur’an adalah salah satu aksioma (hal yang tidak bisa lagi ditawar-tawar) dalam madzhab Syi’ah Imamiyah. Ini merupakan konsekwensi logis dari keterangan di atas barusan. Di antara ulama Syi’ah yang “konsekuen” pada konsekuensi logis di atas adalah:
Dari makalah bagian pertama, akhirnya kita ketahui bahwa perubahan Al-Qur’an adalah salah satu aksioma (hal yang tidak bisa lagi ditawar-tawar) dalam madzhab Syi’ah Imamiyah. Ini merupakan konsekwensi logis dari keterangan di atas barusan. Di antara ulama Syi’ah yang “konsekuen” pada konsekuensi logis di atas adalah:
Selasa, 04 Oktober 2011
Al Qur'an Di Mata Syi'ah (1)
Setiap Syi’ah harus, sekali lagi harus percaya bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini tidak otentik dan mengalami perubahan. Tidak percaya?
Jika kita menelaah literatur-literatur Syi’ah, maka akan anda temui banyak riwayat juga pernyataan para ulama Syi’ah yang menegaskan bahwa Al-Qur’an yang dijadikan pedoman umat Islam saat ini sudah bukan asli lagi, alias sudah dirubah. Jadi kitab suci yang ada pada umat Islam sejak dulu sampai hari ini menurut Syi’ah sudah bukan otentik lagi, alias ada ayat-ayat yang bukan lagi wahyu Allah, tetapi ada juga hasil tulisan tangan manusia. Selain diubah, nukilan-nukilan itu juga menyatakan bahwa ada ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang dihapus. Intinya, Al-Qur’an yang ada sekarang ini tidak seperti yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW.
Jika kita menelaah literatur-literatur Syi’ah, maka akan anda temui banyak riwayat juga pernyataan para ulama Syi’ah yang menegaskan bahwa Al-Qur’an yang dijadikan pedoman umat Islam saat ini sudah bukan asli lagi, alias sudah dirubah. Jadi kitab suci yang ada pada umat Islam sejak dulu sampai hari ini menurut Syi’ah sudah bukan otentik lagi, alias ada ayat-ayat yang bukan lagi wahyu Allah, tetapi ada juga hasil tulisan tangan manusia. Selain diubah, nukilan-nukilan itu juga menyatakan bahwa ada ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang dihapus. Intinya, Al-Qur’an yang ada sekarang ini tidak seperti yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW.
Senin, 03 Oktober 2011
Perbedaan Imam Mahdi Ahlus Sunnah dan Imam Mahdi Syiah
Oleh : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc.
Seperti yang telah disinggung, sebenarnya Mahdi ala Syi'ah hanyalah khurafat yang tiada nyatanya. Sehingga perbandingan di sini adalah perbandingan antara Mahdi nyata dan Mahdi fiktif yang diyakini Syi'ah.
1. Mahdi Ahlus Sunnah bernama Muhammad bin Abdillah sesuai dengan nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan nasabnya. Sedangkan Mahdi Syi'ah namanya Muhammad bin Hasan Al-'Askari.
2. Mahdi Ahlus Sunnah dari keturunan Al-Hasan bin 'Ali. Sedangkan Mahdi Syi'ah dari keturunan Al-Husain bin 'Ali.
Seperti yang telah disinggung, sebenarnya Mahdi ala Syi'ah hanyalah khurafat yang tiada nyatanya. Sehingga perbandingan di sini adalah perbandingan antara Mahdi nyata dan Mahdi fiktif yang diyakini Syi'ah.
1. Mahdi Ahlus Sunnah bernama Muhammad bin Abdillah sesuai dengan nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan nasabnya. Sedangkan Mahdi Syi'ah namanya Muhammad bin Hasan Al-'Askari.
2. Mahdi Ahlus Sunnah dari keturunan Al-Hasan bin 'Ali. Sedangkan Mahdi Syi'ah dari keturunan Al-Husain bin 'Ali.
Sabtu, 01 Oktober 2011
Imam Yang Merokok, Musbil dan Memotong Jenggotnya
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Alu Asy-Syaikh rahimahullah
Samahatu Asy-Syaikh , apakah boleh maju mengimami manusia orang yang menghisap rokok, Musbil (orang yang melabuhkan kain sampai di bawah mata kaki) dan memotong jenggotnya ?
Samahatu Asy-Syaikh , apakah boleh maju mengimami manusia orang yang menghisap rokok, Musbil (orang yang melabuhkan kain sampai di bawah mata kaki) dan memotong jenggotnya ?
Kamis, 29 September 2011
Pakaian Ketika Sholat
Penulis: Syaikh Masyhur Hasan Salman Muqadimah Pakaian sebagai kebutuhan primer kita sehari-hari sangat layak diperhatikan terlebih ketika kita menghadap Allah di dalam sholat. Kita diharuskan berpakaian bersih suci dari segala jenis najis dan menutup aurat. Permasalahan bersih dari najis, tentu kita sudah banyak yang memahaminya. Tetapi tentang menutup aurat? Seperti bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan di waktu sholat? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan kita kupas pada rubrik ahkam kali ini lewat tulisan Syaikh Masyhur Hasan Salman dalam sebuah karya beliau yang berjudul Al Qaulul Mubin fi Akhtha`il Mushallin (Keterangan yang jelas tentang kesalahan orang-orang yang sholat) yang diterbitkan oleh penerbit Dar Ibni Qayim, Arab Saudi hal 17-32. Beliau termasuk murid senior Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, pakar hadits abad ini yang karya-karyanya sudah beredar di seluruh dunia dan menjadi rujukan para thalibul 'ilmi. |
Sabtu, 17 September 2011
Harun Al Rasyid dan Abu Nuwas (Abu Nawas)
Konon pada zaman Khalifah Harun Al Rasyid –salah satu khalifah Daulah Bani Abbasiyyah- hiduplah seorang pujangga yang bernama Abu Nuwas (Abu Nawas).
Khalifah mempunya hubungan dekat dengan Abu Nuwas ini, sedangkan Abu
Nuwas adalah seorang yang suka meminum minuman keras, bermain dengan
wanita, mendengarkan musik, berjoget, dan berdansa, serta perbuatan lain
semisalnya, sehingga khalifah pun banyak melakukan itu semua karena
kedekatannya dengan Abu Nuwas.
Kamis, 15 September 2011
Adakah Tahrik Dalam Tasyahud
Ketika kita melakukan sholat berjamaah seringkali kita jumpai ada sebagian ikhwah dalam praktek sholatnya menggerak-gerakkan jari telunjuknya ketika tasyahud. Sebagian ikhwah yang lain merasa heran dengan hal itu karena –umumnya- sejak kecil mereka tidak mendapatkan pelajaran tentang hal itu. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hal itu yakni menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika tasyahud itu ada keterangan atau contoh dari Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam ? apakah termasuk bagian dari Sunnah Rasulullah Alaihi Sholatu Wa Sallam ? Penasaran ? Mari kita ikuti pembahasan berikut :
Adakah Zakat Profesi?
Istilah zakat profesi adalah baru, sebelumnya tidak pernah ada seorang ulamapun yang mengungkapkan dari dahulu hingga saat ini, kecuali Syaikh Yusuf Qaradhowy menuliskan masalah ini dalam kitab Zakat-nya, kemudian di taklid (diikuti tanpa mengkaji kembali kepada nash yang syar’i) oleh para pendukungnya, termasuk di Indonesia ini.)
Imam Al Bukhari Rahimahullah
Negeri
Bukhara sebagai negeri muara sungai Jihun yang terletak di sebelah utara
Afghanistan dan sebelah selatan Ukraina adalah negeri yang banyak
melahirkan imam-imam Ahlul hadits dan Ahlul fiqh. Negeri itu menyimpan
kenangan sejarah perjuangan para imam-imam Muslimin dalam berbagai
bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dapat disebutkan di sini, para
Imam Ahlul Hadits yang lahir dan dibesarkan di negeri Bukhara antara
lain adalah: Al-Imam Abdullah bin Muhammad Abu Ja’far Al-Musnadi
Al-Bukhari yang meninggal dunia di negeri tersebut pada hari Kamis bulan
Dzulqa’dah tahun 220 H.
Rabu, 07 September 2011
Orang-orang Yang Tidak Wajib Berpuasa
ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc Islam adalah agama yang sempurna dan mudah. Meski puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, namun dalam keadaan tertentu seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Berikut penjelasan tentang siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan. Musafir Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan sejauh jarak (yang dianggap) safar. Jarak safar menurut mazhab yang paling kuat adalah jarak yang dianggap oleh adat atau masyarakat setempat sebagai safar atau bepergian. (Majmu’ Fatawa, 34/40—50, 19/243) |
Minggu, 04 September 2011
Hakikat Dakwah Salafiyah
Penulis: Al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain
Pertanyaan :
Berkembangnya dakwah Salafiyah dikalangan masyarakat dengan pembinaan yang mengarah kepada perbaikan ummat di bawah tuntunan Rasulullah shollallahu 'alahi wa alihi wa sallam adalah suatu hal yang sangat disyukuri. Akan tetapi di sisi lain, orang-orang menyimpan dalam benak mereka persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian Salafiyah itu sendiri sehingga bisa menimbulkan kebingunan bagi orang-orang yang mengamatinya, maka untuk itu dibutuhkan penjelasan yang jelas tentang hakikat Salafiyah itu. Mohon keterangannya !
Pertanyaan :
Berkembangnya dakwah Salafiyah dikalangan masyarakat dengan pembinaan yang mengarah kepada perbaikan ummat di bawah tuntunan Rasulullah shollallahu 'alahi wa alihi wa sallam adalah suatu hal yang sangat disyukuri. Akan tetapi di sisi lain, orang-orang menyimpan dalam benak mereka persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian Salafiyah itu sendiri sehingga bisa menimbulkan kebingunan bagi orang-orang yang mengamatinya, maka untuk itu dibutuhkan penjelasan yang jelas tentang hakikat Salafiyah itu. Mohon keterangannya !
Langganan:
Postingan (Atom)