Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
seorang suami berinfak kepada keluarganya dengan memberi nafkah, maka
hal itu teranggap sebagai shadaqoh baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Mas'ud al-Badri radhiyallahu 'anhu)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Satu
dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dan satu dinar yang engkau
infakkan untuk budak, dan satu dinar yang engkau shodaqohkan untuk
orang-orang miskin, dan satu dinar yang engkau infakkan untuk
keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang engkau infakkan
untuk keluargamu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan untuk mencari ridha Allah,
maka pasti kamu akan diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh
isterimu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqqash
radhiyallahu 'anhu)
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menegaskan bahwa kewajiban seorang suami akan bernilai pahala apabila
dilakukan untuk mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala.
###
Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻭﺟﺎﺕ ﺗﺜﻘﻞ ﻋﻠﻰ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻄﺎﻟﺐ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻳﺴﺘﺪﻳﻦ ﻟﺬﻟﻚ ﻭﻳﺰﻋﻤﻦ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺣﻘﻬﻦ، ﻓﻬﻞ ﻫﺬﺍ ﺻﺤﻴﺢ؟
Banyak istri yang membebani suami dengan sekian banyak tuntutan. Bahkan, terkadang suami harus berutang untuk memenuhinya. Istri mengira bahwa itu adalah hak mereka. Apakah ini benar?
ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻭﺟﺎﺕ ﺗﺜﻘﻞ ﻋﻠﻰ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻄﺎﻟﺐ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻳﺴﺘﺪﻳﻦ ﻟﺬﻟﻚ ﻭﻳﺰﻋﻤﻦ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺣﻘﻬﻦ، ﻓﻬﻞ ﻫﺬﺍ ﺻﺤﻴﺢ؟
Banyak istri yang membebani suami dengan sekian banyak tuntutan. Bahkan, terkadang suami harus berutang untuk memenuhinya. Istri mengira bahwa itu adalah hak mereka. Apakah ini benar?
Jawab:
ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺳﻮﺀ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ، ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻟِﻴُﻨْﻔِﻖْ ﺫُﻭ ﺳَﻌَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺳَﻌَﺘِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻗُﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭِﺯْﻗُﻪُ ﻓَﻠْﻴُﻨْﻔِﻖْ ﻣِﻤَّﺎ ﺁﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴﺎً ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫَﺎ، ﻓﻼ ﻳﺤﻞ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﺃﻥ ﺗﻄﻠﺐ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﻭﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﺟﺮﻯ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺮﻑ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﻄﻴﻘﻪ ﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ: ﻭَﻋَﺎﺷِﺮُﻭﻫُﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ، ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ. ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﺤﻞ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﺃﻥ ﻳﻤﻨﻊ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ، ﻷﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺯﻭﺍﺝ ﻻ ﻳﻘﻮﻡ ﺑﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻹﻧﻔﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻟﺸﺪﺓ ﺑﺨﻠﻪ ﻭﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﺃﻥ ﺗﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻡ ﺑﻪ ﺣﺎﺟﺘﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﺑﺪﻭﻥ ﻋﻠﻤﻪ، ﻭﻗﺪ ﺍﺷﺘﻜﺖ ﻫﻨﺪ ﺑﻨﺖ ﻋﺘﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺭﺟﻞ ﺷﺤﻴﺢ ﻻ ﻳﻌﻄﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻴﻬﺎ ﻭﺃﻭﻻﺩﻫﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ: ﺧﺬﻱ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻴﻚ ﻣﻦ ﻣﺎﻟﻪ ﻭﻳﻜﻔﻲ ﺑﻴﺘﻚ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ
ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺳﻮﺀ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ، ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻟِﻴُﻨْﻔِﻖْ ﺫُﻭ ﺳَﻌَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺳَﻌَﺘِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻗُﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭِﺯْﻗُﻪُ ﻓَﻠْﻴُﻨْﻔِﻖْ ﻣِﻤَّﺎ ﺁﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴﺎً ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫَﺎ، ﻓﻼ ﻳﺤﻞ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﺃﻥ ﺗﻄﻠﺐ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﻭﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﺟﺮﻯ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺮﻑ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﻄﻴﻘﻪ ﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ: ﻭَﻋَﺎﺷِﺮُﻭﻫُﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ، ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ. ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﺤﻞ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﺃﻥ ﻳﻤﻨﻊ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ، ﻷﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺯﻭﺍﺝ ﻻ ﻳﻘﻮﻡ ﺑﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻹﻧﻔﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻟﺸﺪﺓ ﺑﺨﻠﻪ ﻭﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﺃﻥ ﺗﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻡ ﺑﻪ ﺣﺎﺟﺘﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﺑﺪﻭﻥ ﻋﻠﻤﻪ، ﻭﻗﺪ ﺍﺷﺘﻜﺖ ﻫﻨﺪ ﺑﻨﺖ ﻋﺘﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺭﺟﻞ ﺷﺤﻴﺢ ﻻ ﻳﻌﻄﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻴﻬﺎ ﻭﺃﻭﻻﺩﻫﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ: ﺧﺬﻱ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻴﻚ ﻣﻦ ﻣﺎﻟﻪ ﻭﻳﻜﻔﻲ ﺑﻴﺘﻚ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ
Ini termasuk bentuk pergaulan yang buruk. Allah ‘azza wa jalla telah berfirman:
ﻟِﻴُﻨْﻔِﻖْ ﺫُﻭ ﺳَﻌَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺳَﻌَﺘِﻪِ ۖ ﻭَﻣَﻦْ ﻗُﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭِﺯْﻗُﻪُ ﻓَﻠْﻴُﻨْﻔِﻖْ ﻣِﻤَّﺎ ﺁﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۚ ﻟَﺎ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫَﺎ ۚ
“Hendaklah orang yang mampu memberi menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan oleh Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” (ath-Thalaq: 7)
Seorang istri tidak boleh meminta nafkah melebihi kemampuan suami. Tidak boleh pula ia meminta nafkah melebihi kebiasaan masyarakat setempat, meski suami mampu memenuhinya.
ﻟِﻴُﻨْﻔِﻖْ ﺫُﻭ ﺳَﻌَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺳَﻌَﺘِﻪِ ۖ ﻭَﻣَﻦْ ﻗُﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭِﺯْﻗُﻪُ ﻓَﻠْﻴُﻨْﻔِﻖْ ﻣِﻤَّﺎ ﺁﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۚ ﻟَﺎ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫَﺎ ۚ
“Hendaklah orang yang mampu memberi menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan oleh Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” (ath-Thalaq: 7)
Seorang istri tidak boleh meminta nafkah melebihi kemampuan suami. Tidak boleh pula ia meminta nafkah melebihi kebiasaan masyarakat setempat, meski suami mampu memenuhinya.
Hal ini berdasarkan firman Allah ‘azza wa
jalla:
ﻭَﻋﺎﺷِﺮﻭﻫُﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌﺮﻭﻑِ ۚ
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (an-Nisa: 19)
ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜﻞُ ﺍﻟَّﺬﻯ ﻋَﻠَﻴﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌﺮﻭﻑِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” (al-Baqarah: 228)
ﻭَﻋﺎﺷِﺮﻭﻫُﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌﺮﻭﻑِ ۚ
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (an-Nisa: 19)
ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜﻞُ ﺍﻟَّﺬﻯ ﻋَﻠَﻴﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌﺮﻭﻑِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” (al-Baqarah: 228)
Sebaliknya, tidak boleh enggan memberi nafkah yang wajib. Sebab, memang ada suami yang tidak mau memberikan nafkah yang wajib kepada istrinya karena kekikirannya. Dalam keadaan seperti ini, seorang istri boleh mengambil harta suaminya guna memenuhi kebutuhannya meski tanpa sepengetahuan suami. Sungguh, Hindun bintu Utbah pernah mengeluhkan kepelitan Abu Sufyan (suaminya) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Sufyan tidak memberi nafkah yang mencukupi kebutuhan Hindun dan anak-anaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bersabda:
ِﺧُﺬِﻱ ﻣَﺎ ﻳَﻜْﻔِﻴﻚِ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻭَﻳَﻜْﻔِﻲ ﺑَﻴْﺘَﻚِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑ
“Ambillah dengan cara yang baik dari hartanya seukuran yang mencukupi kebutuhanmu dan rumah tanggamu dengan ma'ruf (baik).”
ِﺧُﺬِﻱ ﻣَﺎ ﻳَﻜْﻔِﻴﻚِ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻭَﻳَﻜْﻔِﻲ ﺑَﻴْﺘَﻚِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑ
“Ambillah dengan cara yang baik dari hartanya seukuran yang mencukupi kebutuhanmu dan rumah tanggamu dengan ma'ruf (baik).”
Durus wa Fatawa al-Haramil Makki, 4/249
Syabab Ashhabus Sunnah
www .ittibaus-sunnah .net
ASHHABUS SUNNAH
###
Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al-Jabiry hafizhahullah
Pertanyaan:
هذه يا شيخ سائلة من بريطانيا؛ تقول: هل واجب على الزوج أن يعطي زوجته مالاً لشراء ملابس العيد أو ما يسمى بهدية العيد؟ لأن بعض الأزواج لا يعطون زوجاتهم مالاً كي يشتروا ملابس جديدة للعيد. وجزاكم الله خيرًا
Wahai syaikh, ini adalah seorang penanya wanita dari Britania. Ia mengatakan: Apakah seorang suami itu wajib memberikan harta kepada isterinya untuk membeli pakaian hari raya atau yang di sebut dengan hadiah id? Karena sebagian suami tidak memberikan uang kepada isterinya untuk membeli pakaian-pakaian yang baru di hari raya. Semoga Allah membalas anda kebaikan.
هذه يا شيخ سائلة من بريطانيا؛ تقول: هل واجب على الزوج أن يعطي زوجته مالاً لشراء ملابس العيد أو ما يسمى بهدية العيد؟ لأن بعض الأزواج لا يعطون زوجاتهم مالاً كي يشتروا ملابس جديدة للعيد. وجزاكم الله خيرًا
Wahai syaikh, ini adalah seorang penanya wanita dari Britania. Ia mengatakan: Apakah seorang suami itu wajib memberikan harta kepada isterinya untuk membeli pakaian hari raya atau yang di sebut dengan hadiah id? Karena sebagian suami tidak memberikan uang kepada isterinya untuk membeli pakaian-pakaian yang baru di hari raya. Semoga Allah membalas anda kebaikan.
Jawaban:
يا بنتي! ما دمتِ مسلمة فأظنكِ تقصدين العيدين اللذين في الإسلام؛ وهما عيدُ الفطر وعيدُ الأضحى، ولا أظنكِ تقصدين الأعياد الموسمية، التي تجري في جماهير المسلمين -إلا من رحِمَ الله- تقليدًا لغيرهم، فتلك الأعياد -يا بنتي!- محرمة
Wahai putriku, selama engkau seorang muslimah maka saya menduga bahwa yang engkau maksud adalah dua hari raya di dalam Islam yaitu Idul Fithri dan Idul Adhha dan saya tidak menduga bahwa yang engkau maksudkan adalah hari raya-hari raya musiman yang banyak dilakukan mayoritas kaum muslimin -kecuali yang dirahmati oleh Allah- karena taklid kepada selain mereka, maka hari raya-hari raya tersebut -wahai putriku adalah haram.
يا بنتي! ما دمتِ مسلمة فأظنكِ تقصدين العيدين اللذين في الإسلام؛ وهما عيدُ الفطر وعيدُ الأضحى، ولا أظنكِ تقصدين الأعياد الموسمية، التي تجري في جماهير المسلمين -إلا من رحِمَ الله- تقليدًا لغيرهم، فتلك الأعياد -يا بنتي!- محرمة
Wahai putriku, selama engkau seorang muslimah maka saya menduga bahwa yang engkau maksud adalah dua hari raya di dalam Islam yaitu Idul Fithri dan Idul Adhha dan saya tidak menduga bahwa yang engkau maksudkan adalah hari raya-hari raya musiman yang banyak dilakukan mayoritas kaum muslimin -kecuali yang dirahmati oleh Allah- karena taklid kepada selain mereka, maka hari raya-hari raya tersebut -wahai putriku adalah haram.
وما دمتِ تقصدين فيما يظهرُ لنا العيدين الشرعيين الإسلاميين؛ وهما عيدُ الفطر وعيدُ الأضحى؛ فأقول: أولاً: ندعوكِ أنتِ وسائر بناتنا المسلمات -لاسيَّما صاحباتُ السنة- إلى أن تكون صدوركنَّ واسعة على أزواجكنَّ، وأن تبذلنَّ لهم حسن العشرة، وما هو معتادٌ شرعًا وعرفًا من قِبَلِ الزوجة لزوجها
Dan selama yang engkau maksudkan adalah dua hari raya Islam yang syari
sebagaimana yang tampak bagiku yaitu Idul Fithri dan Idul Adha, maka
saya katakan:
Pertama : Saya menyeru engkau dan seluruh putri-putri kami muslimah
-terlebih yang berpegang dengan sunnah- supaya dada-dada mereka lapang
untuk para suami, berupaya mencurahkan pergaulan yang baik kepada sang
suami, dan menunaikan apa yang sudah menjadi kebiasaannya baik secara
syari maupun adat kebiasaan dari sisi isteri kepada suami.
وثانيًا: نَحُضُّ الرجال الأزواج إلى أن يُوَسِّعُوا على زوجاتهم وبناتهم، وأن يُظهِروا على أولادهم وبناتهم وزوجاتهم آثار ما وسَّع الله به عليهم من النعمة
وثانيًا: نَحُضُّ الرجال الأزواج إلى أن يُوَسِّعُوا على زوجاتهم وبناتهم، وأن يُظهِروا على أولادهم وبناتهم وزوجاتهم آثار ما وسَّع الله به عليهم من النعمة
Kedua : saya menghasung para lelaki, para suami untuk bersikap lapang
terhadap isteri-isteri dan putri-putri mereka dan hendaknya mereka
menampakkan atsar (tanda) kenikmatan yang sudah Allah lapangkan bagi
mereka.
فإن ما أوصيناكنَّ به وما أوصينا به أزواجكنَّ، هو من حسن العشرة بالمعروف، ومما يُشيعُ بين الرجال والنساء، المحبة والتآلف وقوة الترابط والتعاون على البرَّ والتقوى
فإن ما أوصيناكنَّ به وما أوصينا به أزواجكنَّ، هو من حسن العشرة بالمعروف، ومما يُشيعُ بين الرجال والنساء، المحبة والتآلف وقوة الترابط والتعاون على البرَّ والتقوى
Maka nasehat kami untuk kalian dan untuk suami-suami kalian ialah saling
bergaul dengan cara yang baik. Dan diantara perkara yang dapat
mengantarkan hubungan antara lelaki dan perempuan ialah kecintaan,
kedekatan, keterkaitan yang sangat erat, dan saling tolong menolong di
atas kebaikan dan takwa.
ونوصيكُنَّ -خاصَّة يا نساء المسلمات- أن تكُنَّ رفيقاتٍ بأزواجكُنَّ إذا كانوا مُعسرين، ويتكلفون ما ذكرتِ إليه من الهدايا كسوةً أو حُلِيًّا أو غير ذلك، فإن هذا مما أوجبه الله عليكُنَّ من حُسنِ العشرة بالمعروف
ونوصيكُنَّ -خاصَّة يا نساء المسلمات- أن تكُنَّ رفيقاتٍ بأزواجكُنَّ إذا كانوا مُعسرين، ويتكلفون ما ذكرتِ إليه من الهدايا كسوةً أو حُلِيًّا أو غير ذلك، فإن هذا مما أوجبه الله عليكُنَّ من حُسنِ العشرة بالمعروف
Dan kami menasehatkan kepada kalian -secara khusus wahai para wanita
muslimah- untuk berlaku lemah lembut terhadap suami-suami kalian bila
mereka dalam kondisi sulit dan terbebani dengan hadiah-hadiah seperti
baju, perhiasan, atau selainnya yang kalian sebutkan kepada mereka.
Karena ini diantara perkara yang Allah wajibkan kepada kalian untuk
mempergauli mereka dengan cara yang baik.
فإذا تقرر هذا فعليكَ أيُّها الرجل إذا كنت موسرًا أن توسَّع على أولادكَ وبناتِكَ وأمهِم، وأن تجلب لهم في العيدين ما يظهرُ به الفرح والسرور على أهل بيتك، لاسيِّما إذا كان عُرْفُ المسلمين جارٍ عندكم بهذا، فلا تُقصِّر أيُّها المسلم في إدخال الفرح والسرور على أهل بيتك
فإذا تقرر هذا فعليكَ أيُّها الرجل إذا كنت موسرًا أن توسَّع على أولادكَ وبناتِكَ وأمهِم، وأن تجلب لهم في العيدين ما يظهرُ به الفرح والسرور على أهل بيتك، لاسيِّما إذا كان عُرْفُ المسلمين جارٍ عندكم بهذا، فلا تُقصِّر أيُّها المسلم في إدخال الفرح والسرور على أهل بيتك
Apabila ini telah dipahami, maka wajib bagimu wahai para suami bila
engkau dalam kondisi mudah (banyak rezeki) untuk bersikap lapang
terhadap anak-anakmu, putri-putrimu, dan ibu mereka. Di hari raya,
memberi mereka sesuatu yang dapat menampakkan kegembiraan dan keceriaan
bagi anggota keluargamu. Terlebih bila itu merupakan kebiasaan kaum
muslimin yang berjalan di sisi kalian. Jangan engkau mengurangi sesuatu
yang dapat memberikan kebahagiaan dan keceriaan bagi anggota keluargamu
wahai lelaki muslim.
وأقولُ: سواءً -يا بنتي!- أعطاكِ زوجكِ نقودًا تشترين بها كسوة العيد وهدايا العيد المعتادة عندكم، أو ذهبَ بكِ إلى السوق واشترى على نظركِ؛ لكن عادة المرأة أعرفُ بما تحتاجه هي وبناتها وصغار الأولاد، والرجل عادةً أعرف منها فيما يحتاجه أولاده الكبار
Dan saya katakan: Sama saja wahai puteriku suamimu memberimu uang untuk
engkau membeli pakaian hari raya dan hadiah-hadiah id yang biasa
berjalan di sekitar kalian atau engkau pergi ke pasar dan membeli sesuai
dengan pandanganmu. Hanya saja, kebiasaan wanita ialah paling mengerti
tentang kebutuhan yang ia, puteri-puterinya, dan anak-anak kecilnya
butuhkan. Sedangkan kaum pria biasanya lebih mengerti tentang apa yang
dibutuhkan oleh anak-anaknya yang besar.
والخلاصة: عليكم جميعًا سعة الصدور، وعليكم جميعًا -وأنا أعني: الرجال وأزواجهم من النساء- عليكم أن يعفوَ بعضكم، أن يعفوَ الرجل عن زوجته، وإذا كان تجهِدُه في الطَلَبات فليحسن لها الاعتذار
والخلاصة: عليكم جميعًا سعة الصدور، وعليكم جميعًا -وأنا أعني: الرجال وأزواجهم من النساء- عليكم أن يعفوَ بعضكم، أن يعفوَ الرجل عن زوجته، وإذا كان تجهِدُه في الطَلَبات فليحسن لها الاعتذار
Kesimpulannya : wajib bagi kalian semua untuk membesarkan dada. Wajib
atas kalian semua yang saya maksudkan: kaum pria dan isteri-isteri
mereka. Wajib bagi kalian untuk saling memaafkan. Hendaknya sang suami
memberikan maaf kepada isterinya. Dan bila sang isteri sangat meminta
tuntutannya, maka ajukanlah udzur (alasan) dengan cara yang baik.
وعليكِ أنتِ -يا بنتي!- وجميع نساء المسلمات أن تدارينَ أزواجكنَّ، وأن لا تكلفنهم من النفقة والكسوة مالا يُطيقون، وأبشرنَ، من تركَ شيئًا لله عوضه الله خيرًا منه، هذا المعنى جاءت به أحاديث يشدُّ بعضها بعضًا، نعم
وعليكِ أنتِ -يا بنتي!- وجميع نساء المسلمات أن تدارينَ أزواجكنَّ، وأن لا تكلفنهم من النفقة والكسوة مالا يُطيقون، وأبشرنَ، من تركَ شيئًا لله عوضه الله خيرًا منه، هذا المعنى جاءت به أحاديث يشدُّ بعضها بعضًا، نعم
Dan wajib bagimu -wahai puteriku- dan seluruh wanita muslimah untuk
berlaku lemah lembut terhadap para suami dan jangan sekali-kali
membebani mereka dengan nafaqah maupun pakaian yang di luar kesanggupan
mereka.
Dan bergembiralah, barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti
Allah akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Makna ini datang
dalam beberapa hadits yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.
Naam.
Sumber: ar.miraath .net/audio/942
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
Forum Salafy Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar